Dalam suatu kelompok katakanlah organisasi, bila tidak mempunyai tujuan sama saja dengan membubarkan organsasi tersebut. Hal terebut bahkan berlangsung sampai kedalam tataran Negara. Dan hanya pemimpinlah yang mampu mengatur dan mengarahkan semua itu. Dan sejarah teori kepemimpinan menjelaskan bahwa kepemimpinan yang dicontohkan islam adalah model terbaik. Model kepemimpina yang disebut sebagai Prophetic leadership yang contoh nyatanya adalah orang teragung sepanjang sejarah kemanusiaan Rasullullah SAW.
Bila kita cermati kehidupan Rasulullah kita akan menemukan banyak sekali keistimewaan dan pelajaran yang seakan-akan tidak perna habis. Dalam hal kepemimpinan lihatlah bagaimana Rasullah membangun kepercayaan dan kehormatan dari kaumnya. Sebelum menjadi nabi, Rasullullah sudah mempunyai gelar al-amin yang artinya bis dipercaya. Sebuah gelar yang tidak bisa dikatakan biasa karena menununjukkan kredibilitas beliau di mata kaumnya. Kemudian lihatlah bagaimana daya kepemimpinan beliau ketika menyelesaikan kasus pengembalian Hajar Aswad ke dalam ka’bah setelah direnovasi karena banjir. Semua orang bergembira karena beliaulah yang terpilih menjadi hakim pada perkara tersebut. Dan cara penyelesaiannya pun sungguh cerdas dan menyenangkan semua pihak.
Setelah
menjadi pemimpin tertinggi Negara islam madinah pun Rasullullah tetap
menunjukkan daya kepemimpinan yang luar biasa. Berkali-kali beliau
memimpin sendiri pasukan perang untuk menghadapi orang-orang kafir,
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di tubuh umat yang semakin
kompleks, menjadi pemimpin bagi beragam suku arab dan agama yang ada di
madinah kala itu. Namun, di tengah-tengah kesibukannya dalam mengurus
Negara, beliau masih sempat mencandai istri, bahkan menjahit sendiri
terompahnya yang putus dan gamisnya yang robek. Dan semua kualitas
tersebut menjadikan Rasullullah sebagai pemimpin terhebat sepanjang
sejarah.
Dalam
waktu singkat, 23 tahun kurang lebih, risalahnya telah menembus
batas-batas akal manusia. Barisan-barisan inti yang kokoh siap
melanjutkan risalah yang dibawanya. Pengikut ajarannya pun semakin
bertambah banyak. Dalam waktu sekejap sejarah mencatat
bahwa ajaran islam yang dibawanya telah meluas dari jazirah kecil tak
ternama menjadi sepertiga dunia yang makmur dan digdaya. Bagaimana
Rasulullah menjadi dapat menjadi pemimpin yang demikian hebatnya?
Jawabannya hanya satu, karena Rasulullah memimpin dengan kekuatan
spiritualitasnya, bukan karena posisi, jabatan, atau sesuatu yang dibeli
dengan uang dan kekuasaan. Yang ditaklukan oleh Rasulullah bukan posisi
atau jabatan tetapi hati para pengikutnya. Dalam teori kepemimpinan
modern, model pemimpin seperti ini dimanakan level 5th leader.
Level 5th
leader adalah level pemimpin yang telah melewati level-level
sebelumnya. Pada tahap ini seorang menjadi pemimpin karena kekuatan
personalnya dan visi serta cita-citanya. Bandingkan dengan orang yang
memimpin dengan mengandalkan posisi dan jabatannya atau ia menjadi
pemimpin karena “membeli” kepemimpinan itu dengan harga yang mahal.
Mungkin hal inilah yang menyebabkan para sahabat begitu menghormati
beliau. Bahkan musuh beliau gentar dengan berkata bahwa tidak ada
pemimpin yang diperlakukan oleh orang yang dipimpinnya sebagaimana
Rasullullah diperlakukan oleh para sahabatnya.
Hal
ini terlihat pada sirah ketika Rasulullah akan berangkat menunaikan
ibadah haji ke mekkah setelah perang khandaq. Jawaban Abu Bakar yang
kasar ketika Urwah bin Mas’ud bermaksud membuat ragu Rasulullah terkait
kesetiaan umat islam. Bagaimana mungkin Abu bakar yang sedemikian lembut
mampu berkata “Isaplah batu berhalamu, si Latta, apakah kau kira kami
akan berlari meninggalkan ia?”, atau ketika al-Mughirah bin Syubhah
berkata dengan lantang sambil menghunuskan pedang “jauhkan tanganmu dari
jenggot Rasulullah sebelum kutebas tangan itu”. Kepemimpinan model
apakah ini, sehinga mampu menghasilkan pengikut yang
sedemikian rupa? Sekali lagi, Rasulullah menaklukan hati para sahabatnya
bukan membeli apalagi meminta jabatan kepemimpinan tersebut. Inilah
contoh konkret dari penerapan Prophetic leader dalam sejarah umat
manusia.
Pertanyaan
yang muncul kemudian adalah, mampukah kita menjadi pemimpin dengan
kelas Prophetic leader? Hal pertama yang harus kita sadari bahwa
kepemimpinan lahir karena dibentuk. Ia tidak dilahirkan dalam satu malam
atau dari rahim istri pemimpin besar. Ia lahir dari perjuangan dan
penempaan yang tiada henti. Seperti Rasulullah yang ditempa langsung
oleh Allah. Kemudian, sadarilah menjadi pemimpin adalah sebuah pilihan. Transformation in our world never be initiated by many people, it’s always originated by few selected people. Orang-orang pilihanlah yang akhirnya mampu membuat perubahan besar. Dan pilihan selalu mengandung konsekuensi.
Menjadi
pemimpin berarti bersiap untuk menjadi pembelajar. Mungkin kita harus
belajar memimpin dengan menggunakan posisi atau jabatan tertentu. Tidak
masalah, teruslah belajar dan jadilah pemimpin yang dapat merangkul
semua elemen kerja. Buktikanlah hasil dari kepemimpinan kita dan pupuk
selalu kredibiltas pribadi hingga akhirnya orang mengikuti kita karena
raihan atau prestasi bagus yang telah kita capai. Kemudian, teruslah
belajar, masukkanlah nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinan kita, dan
akhirnya buatlah orang lain menjadikanmu pemimpin mereka karena semua
kualitas pribadi kita dan daya pikat spiritulitas kita pada mereka.
Itulah Prophetic Leader yang bukan hanya memenangkan posisi sebagai
pemimpin, tetapi juga memenangkan hati para pengikutnya.
Sebagai
penutup, mungkin kita tidak akan pernah bisa menjadi pemimpin sekaliber
Rasulullah. Tetapi, bukankah meneladani beliau adalah kewajiban kita
sebagai seorang muslim? Bercita-cita besarlah, bermimpilah, dan gapai
mimpi-mimpi tersebut dengan usaha maksimal yang luar biasa dan memohon
pertolongan Allah. Terakhir, jika kita ditanya mengapa kita harus dan
wajib menjadi seorang pemimpin, jawablah dengan “Karena
sesungguhnya seorang pemimpin yang adil adalah orang yang paling
bermanfaat bagi sekitarnya, dan sebaik-baiknya muslim adalah muslim yang
paling bermanfaat bagi sekitarnya, tidakkah kita ingin menjadi yang
terbaik?!”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar