Kamis, 28 Juni 2012

RAMADHAN UNTUK KEBANGKITAN NEGERI

          Bulan Ramadhan disebut sebagai sayyidus syahur, artinya raja dari semua bulan. Ia ibarat tamu agung yang mengetuk semua pintu hati dari setiap manusia untuk membukanya. Namun dari semua pintu yang diketuk tidaklah semuanya yang membukakan pintu tersebut dan mempersilahkan masuk tamu agung tersebut.

Satu lintasan sejarah Rasulullah SAW, menarik untuk disimak. Suatu ketika di penghujung bulan Sa’ban. Lelaki bijaksana yang teladannya mampu menginspirasi banyak manusia dengan kata-katanya yang mampu menemus tabir, Rasulullah SAW tengah memberikan pencerahan kepada para sahabat, kaum muslimin dan muslimat, “Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan magfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam yang paling utama. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasih manusia anak-anak yatimmu. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. “ (H.R. Ibnu Huzaimah)
Jika kita mengacu kepada sepenggal khotbah Rasulullah menjelang Ramadhan. Rasulullah telah menjelaskan makna, kedudukan dan peranan dari Ramadhan. Mulai dari melatih kita untuk berdisiplin dan bersabar, Ramadhan juga mengarahkan kita dapat berempati terhadap penderitaan rakyat miskin.
Ramadhan sejatinya selalu dinantikan bahkan dirindukan sebagai oasis. Dirindukan kehadirannya karena dapat melakukan refleksi atas jejak-jejak perjalanan, baik kita sebagai insan manusia maupun Indonesia sebagai sebuah bangsa. Sebagai seorang insan, Ramadhan tentunya bisa merefleksi kadar iman kita agar menjadi Laa allakum tattakun (Manusia yang bertaqwa) nantinya.
Buya Hamka menggambarkan aspek yang lebih mudah melihat arti taqwa yaitu taqwa terkandung sikap dan perasaan positif seperti cinta, kasih, harap cemas dan ridho kesabaran Tuhan. Serta merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, sehingga kita dapat selalu berkomunikasi dengan Tuhan. Dengan demikian hadirnya puasa akan menghadirkan tiga perubahan fundamental nantinya terhadap pelaku puasa yaitu adanya pengalaman keberagamaan yang selalu menghayati akan kehadiran Tuhan yang selalu dekat di kehidupan manusia, aspek logisnya akan terjadi penjunjungan tinggi nilai-nilai kedamaian, kebenaran dan keadilan.
Kedua, perubahan fundamental terhadap orang yang kekurangan artinya jiwa persaudaraan terlahir bagi pelaku puasa. Ketiga, dalam puasa kita dilatih untuk menjaga sikap dan menahan segala macam hawa nafsu termasuk nafsu amarah. Dengan demikian akan terlahirlah nilai-nilai tersendiri bagi insan yang telah melakukan puasa.
Sedangkan sebagai sebuah bangsa Ramadhan tentunya dapat membangkitkan gairah yang lahir agar dapat mendorong semangat bangsa untuk dapat terbebas dari daya angkara murka karena sejarah telah banyak mencatat akan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi pada bulan-bulan ramadhan. Seperti pada Jum’at, 17 Ramadhan tahun ke-2 H (623 M), kaum muslimin dibawah pimpinan Rasulullah berhasil mengalahkan keangkuhan kafir Quraisy. Kemenangan ummat islam terhadap bangsa Mongol pada perang’ Ain Jalut (dekat Nablus di Palestine) dilakukan pada Jum’at 15 Ramadhan 658 H. Perang ‘Ain Jalut merupakan peristiwa besar dalam sejarah islam dan merupakan kemenangan pertama yang berhasil dicapai oleh kaum muslimin terhadap orang-orang Mongol.
Selain itu bagi bangsa kita Indonesia, Ramadhan juga memiliki arti tersendiri yaitu kebangkitan dari penjajahan karena Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 silam ialah juga bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H.
Jika kita melihat lintasan sejarah diatas Ramadhan adalah momentum kebangkitan, oleh karena itu sudah sepantasnyalah jika Ramadhan kali ini dapat menjadikan bangsa kita untuk dapat mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara seperti cita-cita dari para pendiri bangsa kita terdahulu. Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar