Bulan Ramadhan disebut sebagai sayyidus syahur, artinya
raja dari semua bulan. Ia ibarat tamu agung yang mengetuk semua pintu
hati dari setiap manusia untuk membukanya. Namun dari semua pintu yang
diketuk tidaklah semuanya yang membukakan pintu tersebut dan
mempersilahkan masuk tamu agung tersebut.
Satu
lintasan sejarah Rasulullah SAW, menarik untuk disimak. Suatu ketika di
penghujung bulan Sa’ban. Lelaki bijaksana yang teladannya mampu
menginspirasi banyak manusia dengan kata-katanya yang mampu menemus
tabir, Rasulullah SAW tengah memberikan pencerahan kepada para sahabat,
kaum muslimin dan muslimat, “Wahai manusia! Sungguh telah datang pada
kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan magfirah. Bulan yang
paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling
utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi
jamnya adalah jam yang paling utama. Celakalah orang yang tidak mendapat
ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan
hausmu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga
lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya
dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.
Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasih manusia anak-anak yatimmu.
Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. “ (H.R. Ibnu Huzaimah)
Jika
kita mengacu kepada sepenggal khotbah Rasulullah menjelang Ramadhan.
Rasulullah telah menjelaskan makna, kedudukan dan peranan dari Ramadhan.
Mulai dari melatih kita untuk berdisiplin dan bersabar, Ramadhan juga
mengarahkan kita dapat berempati terhadap penderitaan rakyat miskin.
Ramadhan
sejatinya selalu dinantikan bahkan dirindukan sebagai oasis. Dirindukan
kehadirannya karena dapat melakukan refleksi atas jejak-jejak
perjalanan, baik kita sebagai insan manusia maupun Indonesia sebagai sebuah bangsa. Sebagai seorang insan, Ramadhan tentunya bisa merefleksi kadar iman kita agar menjadi Laa allakum tattakun (Manusia yang bertaqwa) nantinya.
Buya
Hamka menggambarkan aspek yang lebih mudah melihat arti taqwa yaitu
taqwa terkandung sikap dan perasaan positif seperti cinta, kasih, harap
cemas dan ridho kesabaran Tuhan. Serta merasakan kehadiran Tuhan dalam
hidup kita, sehingga kita dapat selalu berkomunikasi dengan Tuhan.
Dengan demikian hadirnya puasa akan menghadirkan tiga perubahan
fundamental nantinya terhadap pelaku puasa yaitu adanya pengalaman
keberagamaan yang selalu menghayati akan kehadiran Tuhan yang selalu
dekat di kehidupan manusia, aspek logisnya akan terjadi penjunjungan
tinggi nilai-nilai kedamaian, kebenaran dan keadilan.
Kedua,
perubahan fundamental terhadap orang yang kekurangan artinya jiwa
persaudaraan terlahir bagi pelaku puasa. Ketiga, dalam puasa kita
dilatih untuk menjaga sikap dan menahan segala macam hawa nafsu termasuk
nafsu amarah. Dengan demikian akan terlahirlah nilai-nilai tersendiri
bagi insan yang telah melakukan puasa.
Sedangkan
sebagai sebuah bangsa Ramadhan tentunya dapat membangkitkan gairah yang
lahir agar dapat mendorong semangat bangsa untuk dapat terbebas dari
daya angkara murka karena sejarah telah banyak mencatat akan
peristiwa-peristiwa besar yang terjadi pada bulan-bulan ramadhan.
Seperti pada Jum’at, 17 Ramadhan tahun ke-2 H (623 M), kaum muslimin
dibawah pimpinan Rasulullah berhasil mengalahkan keangkuhan kafir
Quraisy. Kemenangan ummat islam terhadap bangsa Mongol pada perang’ Ain
Jalut (dekat Nablus di Palestine) dilakukan pada Jum’at 15 Ramadhan 658
H. Perang ‘Ain Jalut merupakan peristiwa besar dalam sejarah islam dan
merupakan kemenangan pertama yang berhasil dicapai oleh kaum muslimin
terhadap orang-orang Mongol.
Selain
itu bagi bangsa kita Indonesia, Ramadhan juga memiliki arti tersendiri
yaitu kebangkitan dari penjajahan karena Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, 17 Agustus 1945 silam ialah juga bertepatan dengan 9
Ramadhan 1364 H.
Jika
kita melihat lintasan sejarah diatas Ramadhan adalah momentum
kebangkitan, oleh karena itu sudah sepantasnyalah jika Ramadhan kali ini
dapat menjadikan bangsa kita untuk dapat mewujudkan cita-cita berbangsa
dan bernegara seperti cita-cita dari para pendiri bangsa kita
terdahulu. Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar