****
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang
yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. “
(Al Baqarah ayat 214)
*****
Surga
begitu indah. Di dalamnya ada bidadari, berkulit putih, bermata bening.
Ia adalah makhluq terindah yang Allah siapkan untuk hamba-Nya yang
beriman. Di dalam Surga ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah
rasa dan baunya. Sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah warna
dan cita rasanya. Sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi
peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.
Dalam surga
itu penghuninya dihiasi dengan gelang emas, pakaian hijau dari sutera
halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas
dipan-dipan yang indah. Makanannya pun terdiri dari berbagai macam
buah-buahan. Termasuk di antaranya buah deliama Tak perlu susah payah
meraihnya, tinggal berkata, “aku menginginkannya”
Dalam surga
terdapat seratus derajat yang Allah persiapkan bagi para mujahidin di
jalan-Nya, yang jarak antara setiap dua tingkatan bagaikan antara langit
dan bumi, maka jika kalian meminta Allah, mintalah surga firdaus, sebab
firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya
ada singgasana Ar-Rahman, dan daripadanya sungai surga memancar.” (HR. Al-Bukhari no. 7423)
Begitu Indah bukan? Keindahannya sungguh tak pernah terlintas dalam
benak kita. Belum pernah terdengar oleh telinga dan juga belum pernah
terlihat oleh indra mata.
“Allah ‘azza wajalla berfirman:
‘Aku telah menyiapkan sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum
pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas dibenak manusia untuk
hamba-hambaKu yang shalih.’ Pembenarnya ada didalam kitab Allah ‘azza
wajalla: “Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang
indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka
kerjakan.” (As Sajdah: 17) (HR. Al-Bukhari no. 3244 dan Muslim no. 2824)
Tapi, apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) seperti yang di alami oleh orang-orang
terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah
datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat. “
Dalam catatan sejarah, ummat
terdahulu mengalami ujian yang begitu dahsyat. Ke dahsyatannya
mengguncang setiap jiwa yang mengalaminya. Apa yang di alami Rasulullah
dan para sahabatnya telah cukup memberi penjelasan kepada kita tentang
mahalnya surga yang kita damba-dambakan saat ini.
Berceritalah
Abdullah bin Amr bin Ash, Ketika Nabi saw sedang shalat di Ka’bah ,
tiba-tiba datang ‘Uqbah bin Abi Mu’ith mencekik leher Beliau sekuat
tenaganya dengan kainnya. Kemudian Abu Bakar datang menyelamatkan Beliau
dengan memegang kedua lengan ‘Uqbah dan menjauhkannya dari Nabi saw,
seraya berkata :“ Apakah kalian hendak membunuh seorang yang mengucapkan
Rabb-ku adalah Allah?“
Tidak hanya itu, Uqbah bin Abi
Mu’ith pernah membawa kotoran binatang, kemudian melemparkannya di atas
punggung Nabi Saw, yang sedang sujud menghadap Rabb-Nya. Beliau tidak
mengangkat kepalanya sehingga datang Fatimah r.a. membersihkan dan
melaknati orang yang melakukan perbuatan keji tersebut.
Dalam kesempatan yang lain, ketika Rasulullah Saw. berjalan di
lorong-lorong makkah untuk menyampaikan da’wah dan risalahnya. Beberapa
orang kafir Quraisy sengaja menaburkan debu di kepala Beliau yang mulia
itu, Sehingga Beliau pulang ke rumah dalam kondisi kepala kotor
berlumuran debu. Sambil menyeka air matanya, Fatimah r.a membersihkan
kepala ayahnya seraya berkata,”Kasihan ayahku!” Bila melihat putri
kesayangannya menangis, Rasulullah biasa berkata,”Jangan menangis
anakku, sesungguhnya Allah bersama ayahmu!”
Para
sahabat juga demikian. Siksaan adalah hal yang kerap terjadi pada
masa-masa awal Islam disebarkan. Di antara mereka ada yang ditindih
dengan batu di bawah terik matahari yang membakar. Mereka diseret,
dicambuk, diinjak di lautan padang pasir yang gersang, agar kalimat
tauhid yang selama ini menyatu dengan darah dagingnya, di ingkari
kemudian di lawan. Kulit hitamnya pun melepuh. Keringat asin dan darah
segarnya berpeluh. Raga yang sudah sakit tak lantas membuat imannya
goyah, tanpa beban sedikitpun lisannya berikrar,”Ahad, Ahad, Ahad.”
Dialah Bilal bin Rabbah yang kemudian kita kenal sebagai muadzin
Rasulullah Saw. yang apabila mengumandangkan adzan, maka bergetarlah
Langit yang ketujuh.
Adalah Sumayyah binti Khayyat
istri dari Yasir radiyallahu anhuma memberikan kita pelajaran yang
mahal, betapa surga tak didapatkan dengan hanya berdiam diri di rumah
saja. Ia adalah syahidah pertama yang tercatat di dalam lembar sejarah,
ketika harus meregang nyawa dalam mempertahankan keyakinannya di tangan
kaum Musyrikin Jahiliyah.
Keluarga Yasir ini memang
berada di bawah kendali tuannya kala itu. Semenjak kabar keislamannya
tersiar, mereka diperintahkan untuk ditangkap. Mereka diseret ke padang
pasir. Di sanalah mereka disiksa oleh tangan-tangan nista. Tangan dan
kaki mereka diikat lalu dilemparkan diatas kerikil tajam dan panas.
Cambuk yang melukai tubuh mereka tak mampu melunturkan keyakinan mereka
terhadap kebenaran Islam.
Sumayyah binti khayyat kemudian dibuang
di suatu tempat dan dikubur dengan tumpukan pasir yang sudah mencapai
titik didihnya. Tak hanya itu, sebongkah batu besar diletakkan di atas
dadanya, tapi tak ada sediktpun rintihan yang terdengar. Tak ada
keluahan yang terlontar. Tak sediktpun sumayyah meratapi penyiksaan yang
dialaminya melainkan ucapan,”Ahad, Ahad, Ahad.” selalu di ulanginya.
Beliau mengulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh
Yasir, Ammar dan Bilal.
Suatu ketika Rasulullah Saw.
menyaksikan keluarga muslim tersebut yang tengah disiksa dengan kejam
maka beliau menengadahkan tangan ke langit dan berseru “Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.”
Sumayyah
mendengar seruan Rasulullah Saw. itu, maka beliau bertambah tegar dan
optimis. Dengan kewibawaan imannya dia mengulang-ulang dengan berani
“Aku bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa
janjimu adalah benar.”
Merah padamlah muka Abu Jahal.
Dengan hati sangat mendongkol ia mengambil tombak dan menusukkannya ke
arah kemaluan Sumayyah sehingga tembus sampai ke punggungnya. Maka
terbanglah nyawa beliau yangg beriman dan suci bersih dari raganya.
Beliau adalah wanita pertama yang mati syahid dalam Islam. Beliau gugur
setelah memberikan contoh baik dan mulia bagi kita dalam hal keberanian
dan keimanan.
Begitulah Sumayyah telah merasakan lezat
dan manisnya iman sehingga bagi beliau kematian adalah sesuatu yang
remeh dalam rangka memperjuangkan akidahnya. Di hatinya telah dipenuhi
akan kebesaran Allah Azza wa Jalla maka dia menganggap kecil
tiap siksaan yg dilakukan oleh para Musyrikin yang zhalim. Mereka tidak
kuasa menggeser keimanan dan keyakinannya sekalipun hanya satu langkah
semut.
Adakah kita saat ini, ketika mengatakan kebaikan dan melakukan perbaikan mendapatkan ujian seperti itu?
Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. “ (Al Baqarah ayat 214)
Al-Hafizh Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini menukil pendapat Ibnu
Mas’ud, Ibnu Abbas, Abul Aliyah, Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Murrah
Al-Hamdani, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, Ar-Ra’bi, As-Saddi dan Muqatil
ibnu Hayyan mengatakan bahwa “al-ba’saa’u” artinya kemiskinan, sedangkan “adh-dharraaa’u” artinya penyakit. “Wazul ziluu” artinya takut oleh musuh dengan takut yang sangat.
Para
sahabat pernah berkeluh kesah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam terkait ujian yang menimpa saat memperjuangkan Islam. Hadits dari
Khabbab bin Al-Art rahiyallahu ‘anhu bertutur tentang hal itu. Khabbab
rahiyallahu ‘anhu berkata:
Kami berkeluh kesah kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau tengah berbantal kain
burdah dalam naungan Ka’bah. Kami berkata: “Tidakkah engkau memohonkan
pertolongan bagi kami? Tidakkah engkau mendoakan kami?” Maka beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh telah terjadi pada
orang-orang sebelum kalian, seorang lelaki diambil lantas ditanam dalam
tanah. Dalam keadaan seperti itu, kemudian didatangkan gergaji yang
diletakkan di atas kepalanya. Maka (akibat digergaji) jadilah kepalanya
terbelah dua. Lantas tubuhnya disisir dengan sisir yang terbuat dari
besi hingga mengelupas daging dari tulangnya. Namun demikian, tidaklah
hal itu menjadikan dia terhalang dari agamanya (dia tetap kokoh dalam
agamanya).
Sungguh Allah akan menyempurnakan agama ini hingga
orang yang berkendaraan tidak merasa takut, kecuali hanya kepada Allah,
saat melintas dari Shan’a ke Hadramaut. Begitu pula tanpa takut serigala
akan memakan kambingnya. Akan tetapi kalian bersikap tergesa-gesa.”
(HR. Al-Bukhari no. 6943). Lihat Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 hal.413-414 Pustaka Imam as-Syafi’i
Begitulah wahai jiwa pendamba surga. Setiap lisan yang berikrar dengan
kalimat tauhid, sudah barang tentu memahami konsekuensi dari kalimat
ini. Jangan pernah bermimpi masuk surga, sebelum keimanan kita di uji
ketebalannya. Jangan pernah berkhayal untuk duduk di dampingi bidadari,
jika kita belum benar-benar siap menerima segala cemohan, cibiran ejekan
dari siapapun ketika kita berusaha melakukan kebaikan dan perbaikan
dalam keluarga dan masyarakat kita. Sudah merupakan sunnatullah bahwa
setiap iman yang terpatri dalam dada, akan di uji kualitasnya oleh Allah
Swt. agar terlihat jelas, siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang
hanya berpura-pura.
Jika tak ada jalan yang terjal,
maka mustahil kita akan mendapatkan sopir yang handal. Laut yang tenang
takkan pernah menghasilkan pelaut yang tangguh. Langit yang cerah takkan
pernah menghasilkan pilot yang handal. Jika tak ada api yang membakar,
maka tidak akan kita dapati mata pisau yang tajam. Begitu halnya dengan
keimanan kita. Sesekali ia perlu di uji. Sejauh mana ketangguhannya
selama ini. Sesekali kita perlu di caci maki, agar kita tahu seperti apa
kesabaran yang kita miliki saat ini.
Iman yang kuat,
tidaklah terlahir dari sanjungan dan pujian, tetapi ia terlahir dari
kerasnya cobaan dan ujian yang mengguncang jiwa kita. Iman yang tangguh,
tidak akan pernah di miliki oleh orang-orang yang terlalu banyak
mengeluh. Akan tetapi iman yang tangguh itu hanyalah di miliki oleh
orang-orang yang tegar sehingga keluhan itu mengeluh karena tak mampu
merobohkan tekadnya. Tak seperti kebanyakan kita saat ini. Jika
tersandung batu kerikil saja, maka se antero dunia akan tahu karena kita
tulis di dinding “ratapan” kita di berbagai sosial media. Jika
demikian, dengan cara apa kita kelak masuk surga?
Ku tanyakan pada diri ini sekali lagi,
“apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) seperti yang di alami oleh orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang
yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. “ (Al Baqarah
ayat 214).
Semoga Allah meneguhkan Iman kita. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar