Oleh : Syamsul Bahri
***
“Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (Qs.4: 59)
Dan (ingatlah) ketika Kami berkata
kepada malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam",maka mereka sujud kecuali
iblis. Ia membangkang.
(QS. 20:116)
****
Urgensi Keta’atan Dalam Barisan
Jama’ah
Sifat membangkang (inad ) adalah karakteristik atau sifat
dasar dari manusia. Hal ini muncul dari kecenderungan negatifnya (fujur)
dominan daripada kecenderungan positif (taqwa). Sikap membangkang akan sangat
berbahaya bagi keutuhan jamaah. Karena sikap membangkang akan menyebabkan
hilangnya saling percaya (tsiqoh),
saling taat, saling bantu (ta’awun), takaful, istijabah dan keutuhan dalam
kehidupan berjamah.
Pembangkangan akan melahirkan perpecahan, kelemahan,
permusuhan dan kehancuran. Sebaliknya dengan keta’atan dan disiplin tinggi akan
melahirkan kebersama’an, persaudaraan, persatuan dan kekuatan serta akan
menghadirkan kemenangan. Oleh karenanya Allah SWT menyebutkan kewajiban taat kepada pemimpin
(Ulil Amri/Qiyadah) sama pentingnya dengan Taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pentingnya keta’atan dalam jama’ah, jauh hari telah di
singgung oleh Imam as-Syahid Hasan al-Banna rahimahullah. Bahkan ta’at adalah
salah satu bagian dari sepuluh rukun bai’at yang menjadi tiang penyangga
kokohnya bangunan Jama’ah
Beliau rahimahullah berkata,”Yang saya kehendaki dengan ta’at (kepatuhan) adalah menjalankan
perintah dan merealisasikannya dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit
ataupun mudah, saat bersemangat maupun malas.”(Risalah Pergerakan, Jilid II hal.172)
Sebab Utama Sikaf ‘Inad
Setidaknya, ada 3 hal, penyebab timbulnya sikaf Inad.
- Sombong
Dan
apabila dikatakan kepadanya:"Bertaqwalah kepada Allah", bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)
neraka Jahannam.
Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS.
2:206)
Gila
Kedudukan
Dan jadilah orang-orang yang
kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata:"Aduhai, benarlah
Allah melapangkan rezki bagi siapa yang ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan
menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita
benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula).Aduhai benarlah, tidak beruntung
orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)".
(QS. 28:82)
3.
Sifat
Munafik
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang
mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan
di muka bumi atau mereka berperang:"Kalau mereka tetap bersama-sama kita
tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan
keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang
sangat di dalam di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan
Allahmelihat apa yang kamu kerjakan. (QS.
3:156)
Dan supaya Allah mengetahui siapa
orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan:"Marilah berperang di
jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata:"Sekiranya
kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikutikamu".
Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka
mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah
lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS. 3:167
Fenomena
Inad
Pembangkangan pernah terjadi di masa Rasulullah dan para
sahabat, salah satunya terjadi pada saat berkecamuknya perang uhud, Dimana
ketika itu Rasulullah memerintahkan pasukan pemanah yang ditempatkan di gunung
uhud untuk tetap berjaga guna melindungi pasukan muslim dari kemungkinan
serangan dari belakang hingga ada perintah dari Rasulullah.
Namun yang terjadi adalah sebaliknya, ketika pasukan muslim
telah memukul mundur pasukan musyrikin yang meninggalkan banyak ghonimah (harta
rampasan perang), sebagian pasukan pemanah meninggalkan posnya untuk ikut
memungut dan mengumpukan harta rampasan perang tersebut. Hal inilah yang
menjadi titik tolak kekalahan pasukan muslim. Peristiwa ini meninggalkan begitu
banyak hikmah bagi kaum muslim, diantaranya: Peringatan kepada kaum mukminin
dari kejelekan yang ditimbulkan akibat bermaksiat, dan Jeleknya akibat
membangkang perintah Rasulullah Saw.
Sepeninggal
Rasulullah Saw, terjadi banyak gejolak di dalam tubuh umat Islam. Penyebabnya
secara umum adalah pembangkangan sekelompok orang terhadap kepemimpinan Khulafaur
rasyidin. Beberapa peristiwa tersebut antara lain:
1. Pembangkangan sebagian dari kaum
Muslimin menolak membayar zakat pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Khalifah pun menyatakan perang terhadap mereka. Sebagai pembenaran beliau
mengutip sebuah ayat Alquran, "Di mana saja kamu jumpaimereka, maka
tangkaplah mereka ...dan jika mereka bertobat dan mendirikan shalatserta
mengeluarkan zakat, maka berilah kebebasan mereka untuk berjalan." (QS
At-Taubah: 5).
2. Pembangkangan sekelompok masyarakat
Mesir yang memberontak kepada Khalifah Utsman bin Affan. Hal ini dilatar
belakangi oleh hasutan seorang Yahudi asal Yamanyang bernama Abdullah bin Saba'
3. Pembangkangan kaum khawarij di masa
kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib,hal ini menyebabkan terpecahnya
barisan umat Islam.
Dari Fenomena Indisipliner tersebut, setidaknya kita
dapat menyimpulakan ada tiga bentuk penyimpangan atau pembangkangan
1. ‘Inad kepada Allah SWT.
Perbuatan
maksiat hakikatnya merupakan pembangkangan terhadap Allah Swt. Hal ini
dikarenakan Allah Swt telah jelas melarang hamba-Nya untuk melakukan
kemaksiatan.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS.An Nuur:63)
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS.An Nuur:63)
“Sesungguhnya azab
Tuhanmu benar-benar keras.” (QS.Al Buruj:12)
“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila
dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya
itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS.Huud:102)
Dari
Abu Hurairoh r.a. dari Nabi Saw, Beliau bersabda: “Sungguh, Allah Ta’ala
mempunyai sikap cemburu, cemburu jika sesorang mengerjakan apa yang
diharamkan-Nya” (HR. Bukhari & Muslim
2. ‘Inad kepada Rasul-Nya
I’nad
(membangkang) kepada Rasulullah berimplikasi pada ketaatan kepada Allah Swt.
Membangkang kepada Rasulullah Saw dapat juga diartikan membangkang pada Allah
Swt. Adapun hal-hal yang dapat dikategorikan pembangkangan terhadap Rasululah
Saw, antara lain:
a.
Tidak mengimani, mencintai, membela, dan menghidupkan sunnahnya
b.
Mengingkari apa yang dikabarkannya (Risalah Rasullah Saw)
c.
Melanggar semua yang diperintahkannya dan tidak menjauhi apa yang dilarangnya.
d.
Beribadah tidak sesuai apa yang dicontohkannya
3.
‘Inad kepada Pemimpin
Barangsiapa
yang melawan/membangkang terhadap pemimpin kaum Muslimin, sementara kaum
Muslimin telah sepakat untuk mengangkatnya atau menjadi pemimpin dengan
kekuatannya, maka ia telah keluar dari apa yang diperintahkan Rasulullah Saw.
Rasulullah
Saw bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi kalian dalam keadaan perkara
kalian berada dalam satu pemimpin lalu ia hendak mematahkan tongkat (persatuan
kalian) atau memecah-belah jama’ah kalian maka bunuhlah ia.” (HR. Muslim)
Hal
ini berarti rakyat wajib membela pemerintah dalam kebenaran, meskipun mereka
tidak menunaikan hak-hak rakyatnya. Karena hal ini mengokohkan kaum muslimin.
Terlebih lagi bila ada sekelompok pembangkang yang ingin memeberontak atau
keluar dari ketaatannya.
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang telah membaiat seorang imam lalu memberikan hasil tangan (kesetiaan) dan buah hatinya, maka memberilah jika mampu. Jika ada orang lain datang menentangnya, maka bunuhlah yang kedua tersebut.” (HR. Muslim)
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang telah membaiat seorang imam lalu memberikan hasil tangan (kesetiaan) dan buah hatinya, maka memberilah jika mampu. Jika ada orang lain datang menentangnya, maka bunuhlah yang kedua tersebut.” (HR. Muslim)
Ibnu
Khaldun berpendapat (tentang pembangkangan) bahwa hal itu tidak akan bermanfaat
bagi kaum Muslimin. Yaitu mereka yang melakukan revolusioner untuk mengubah
sistem pemerintahan. Banyak kaum muslimin yang menjadi terpecah belah dan
menjadi korban (wafat).
Hasan
Al Bashri berkata, “Sekiranya manusia dapat bersabar atas zhalimnya
penguasa maka Allah akan mengangkat derita atas mereka. Akan tetapi mereka
lebih memilih pedang yang berbicara. Demi Allah, mereka tidak akan membawa kebaikan
walau seharipun.”
Wallahu
a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar