Rabu, 06 Juni 2012

'Inad (Pembangkangan)


Oleh : Syamsul Bahri
***
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Qs.4: 59)
Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam",maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. (QS. 20:116)
****

Urgensi Keta’atan Dalam Barisan Jama’ah
Sifat membangkang (inad ) adalah karakteristik atau sifat dasar dari manusia. Hal ini muncul dari kecenderungan negatifnya (fujur) dominan daripada kecenderungan positif (taqwa). Sikap membangkang akan sangat berbahaya bagi keutuhan jamaah. Karena sikap membangkang akan menyebabkan hilangnya saling percaya (tsiqoh), saling taat, saling bantu (ta’awun), takaful, istijabah dan keutuhan dalam kehidupan berjamah.
Pembangkangan akan melahirkan perpecahan, kelemahan, permusuhan dan kehancuran. Sebaliknya dengan keta’atan dan disiplin tinggi akan melahirkan kebersama’an, persaudaraan, persatuan dan kekuatan serta akan menghadirkan kemenangan. Oleh karenanya Allah SWT  menyebutkan kewajiban taat kepada pemimpin (Ulil Amri/Qiyadah) sama pentingnya dengan Taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pentingnya keta’atan dalam jama’ah, jauh hari telah di singgung oleh Imam as-Syahid Hasan al-Banna rahimahullah. Bahkan ta’at adalah salah satu bagian dari sepuluh rukun bai’at yang menjadi tiang penyangga kokohnya bangunan Jama’ah
Beliau rahimahullah berkata,”Yang saya kehendaki dengan ta’at (kepatuhan) adalah menjalankan perintah dan merealisasikannya dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit ataupun mudah, saat bersemangat maupun malas.”(Risalah Pergerakan, Jilid II hal.172)

Sebab Utama Sikaf ‘Inad
Setidaknya, ada 3 hal, penyebab timbulnya sikaf Inad. 
  1.   Sombong
Dan apabila dikatakan kepadanya:"Bertaqwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS. 2:206)
     Gila Kedudukan
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata:"Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula).Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)". (QS. 28:82)
3.      Sifat Munafik
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang:"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allahmelihat apa yang kamu kerjakan. (QS. 3:156)

Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan:"Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata:"Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikutikamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS. 3:167


Fenomena Inad
Pembangkangan pernah terjadi di masa Rasulullah dan para sahabat, salah satunya terjadi pada saat berkecamuknya perang uhud, Dimana ketika itu Rasulullah memerintahkan pasukan pemanah yang ditempatkan di gunung uhud untuk tetap berjaga guna melindungi pasukan muslim dari kemungkinan serangan dari belakang hingga ada perintah dari Rasulullah.
Namun yang terjadi adalah sebaliknya, ketika pasukan muslim telah memukul mundur pasukan musyrikin yang meninggalkan banyak ghonimah (harta rampasan perang), sebagian pasukan pemanah meninggalkan posnya untuk ikut memungut dan mengumpukan harta rampasan perang tersebut. Hal inilah yang menjadi titik tolak kekalahan pasukan muslim. Peristiwa ini meninggalkan begitu banyak hikmah bagi kaum muslim, diantaranya: Peringatan kepada kaum mukminin dari kejelekan yang ditimbulkan akibat bermaksiat, dan Jeleknya akibat membangkang perintah Rasulullah Saw.
Sepeninggal Rasulullah Saw, terjadi banyak gejolak di dalam tubuh umat Islam. Penyebabnya secara umum adalah pembangkangan sekelompok orang terhadap kepemimpinan Khulafaur rasyidin. Beberapa peristiwa tersebut antara lain:
1. Pembangkangan sebagian dari kaum Muslimin menolak membayar zakat pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Khalifah pun menyatakan perang terhadap mereka. Sebagai pembenaran beliau mengutip sebuah ayat Alquran, "Di mana saja kamu jumpaimereka, maka tangkaplah mereka ...dan jika mereka bertobat dan mendirikan shalatserta mengeluarkan zakat, maka berilah kebebasan mereka untuk berjalan." (QS At-Taubah: 5).
2. Pembangkangan sekelompok masyarakat Mesir yang memberontak kepada Khalifah Utsman bin Affan. Hal ini dilatar belakangi oleh hasutan seorang Yahudi asal Yamanyang bernama Abdullah bin Saba'
3. Pembangkangan kaum khawarij di masa kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib,hal ini menyebabkan terpecahnya barisan umat Islam.

                   Dari Fenomena Indisipliner tersebut, setidaknya kita dapat menyimpulakan ada tiga bentuk penyimpangan atau pembangkangan



1.       ‘Inad kepada Allah SWT.
Perbuatan maksiat hakikatnya merupakan pembangkangan terhadap Allah Swt. Hal ini dikarenakan Allah Swt telah jelas melarang hamba-Nya untuk melakukan kemaksiatan.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS.An Nuur:63)
“Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras.” (QS.Al Buruj:12)
“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS.Huud:102)
Dari Abu Hurairoh r.a. dari Nabi Saw, Beliau bersabda: “Sungguh, Allah Ta’ala mempunyai sikap cemburu, cemburu jika sesorang mengerjakan apa yang diharamkan-Nya” (HR. Bukhari & Muslim
2.       ‘Inad kepada Rasul-Nya
I’nad (membangkang) kepada Rasulullah berimplikasi pada ketaatan kepada Allah Swt. Membangkang kepada Rasulullah Saw dapat juga diartikan membangkang pada Allah Swt. Adapun hal-hal yang dapat dikategorikan pembangkangan terhadap Rasululah Saw, antara lain:
a. Tidak mengimani, mencintai, membela, dan menghidupkan sunnahnya
b. Mengingkari apa yang dikabarkannya (Risalah Rasullah Saw)
c. Melanggar semua yang diperintahkannya dan tidak menjauhi apa yang dilarangnya.
d. Beribadah tidak sesuai apa yang dicontohkannya

3.      ‘Inad kepada Pemimpin

Barangsiapa yang melawan/membangkang terhadap pemimpin kaum Muslimin, sementara kaum Muslimin telah sepakat untuk mengangkatnya atau menjadi pemimpin dengan kekuatannya, maka ia telah keluar dari apa yang diperintahkan Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi kalian dalam keadaan perkara kalian berada dalam satu pemimpin lalu ia hendak mematahkan tongkat (persatuan kalian) atau memecah-belah jama’ah kalian maka bunuhlah ia.” (HR. Muslim)
Hal ini berarti rakyat wajib membela pemerintah dalam kebenaran, meskipun mereka tidak menunaikan hak-hak rakyatnya. Karena hal ini mengokohkan kaum muslimin. Terlebih lagi bila ada sekelompok pembangkang yang ingin memeberontak atau keluar dari ketaatannya.
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang telah membaiat seorang imam lalu memberikan hasil tangan (kesetiaan) dan buah hatinya, maka memberilah jika mampu. Jika ada orang lain datang menentangnya, maka bunuhlah yang kedua tersebut.” (HR. Muslim)
Ibnu Khaldun berpendapat (tentang pembangkangan) bahwa hal itu tidak akan bermanfaat bagi kaum Muslimin. Yaitu mereka yang melakukan revolusioner untuk mengubah sistem pemerintahan. Banyak kaum muslimin yang menjadi terpecah belah dan menjadi korban (wafat).
Hasan Al Bashri berkata, “Sekiranya manusia dapat bersabar atas zhalimnya penguasa maka Allah akan mengangkat derita atas mereka. Akan tetapi mereka lebih memilih pedang yang berbicara. Demi Allah, mereka tidak akan membawa kebaikan walau seharipun.”
Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar