Rabu, 11 September 2013

Memburu Jejak Sengman | By @SyamsulLombok


Sosok misterius (ilustrasi)
Oleh: Syamsul Bahri
 

PKS Nongsa - Sengman Tjahya akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Namanya mendadak terkenal setelah dirinya disebut-sebut menerima uang suap 40 miliar dari PT. Indoguna dalam transkrip percakapan yang diperdengarkan majelis hakim saat sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta beberapa waktu lalu.
Sidang tersebut merupakan sidang lanjutan atas kasus dugaan suap kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian RI yang menghadirkan terdakwa Ahmad Fatanah dengan Ridwan Hakim sebagai saksi.
Dalam kesaksiannya, Ridwan menyebut Sengman adalah salah seorang pengusaha utusan Presiden. Saat ditanya hakim, siapa yang dimaksud Presiden itu? Ridwan menjawab, "Presiden kita, Presiden SBY". Dari sinilah kemudian nama Sengman dan SBY menjadi hotline di media-media besar nasional, semacam detik.com, kompas.com, Media Indonesia, Republika dan semacamnya.
Lalu kita bertanya, siapa Sengman? Rupanya pertanyaan ini sampai juga ditelinga para penghuni istana.
Juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha membantah jika Sengman adalah utusan khusus Presiden SBY. Ia mengatakan tidak tahu menahu soal pria bernama Sengman. Karenanya, Julian yakin Presiden SBY tidak memiliki hubungan apapun dengan pengusaha asal Palembang itu. (http://m.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/08/30/msc06m-istana-bantah-kenal-sengman)
Atas pernyataan Jubir Kepresidenan tersebut, beberapa tokoh nasional yang mengenal Sengman, bereaksi keras terhadap bantahan yang datang dari istana. Sebut saja misalnya, Rizal Ramli. Mantan Menteri Keuangan era Gusdur ini mengaku heran dengan bantahan istana soal kedekatan Sengman dengan Presiden SBY. Rizal mengaku kalau dirinya mengenal Sengman sebagai seorang pengusaha asal Sumatera Selatan. Perkenalan Sengman dengan SBY, lanjut Rizal, ketika SBY masih menjabat sebagai Pangdam Sriwijaya. Bahkan Sengman merupakan orang penting dalam suplai finansial saat SBY pertama kali terjun ke dunia politik. (http://sumsel.tribunnews.com/2013/09/01/rizal-ramli-sengman-beking-finansial-sby)
Senada dengan Rizal Ramli, pengacara senior yang juga mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Adnan Buyung Nasution menyayangkan sikaf istana yang mengaburkan hubungan antara Sengman dan Presiden SBY. Ia menilai, bantahan istana tersebut justru akan merugikan Presiden SBY sendiri. Untuk itu, bang Buyung menyarankan agar istana mengakui kedekatannya dengan Sengman, karena hubungan mereka (Sengman-SBY) adalah fakta sejarah yang tak terbantahkan. (http://www.medanbagus.com/news.php?id=17379)
Saran bang Buyung nampaknya diamini istana. Lewat pembantu presiden yang lain, istana tidak lagi membantah hubungannya dengan pengusaha kakap bernama Sengman. Mensesneg Sudi Silalahi dan Menkopulhukam Djoko Suyanto angkat bicara soal gonjang-ganjing pemberitaan di media massa. Mereka mengakui dan membenarkan jika Presiden SBY kenal dan dekat dengan Sengman. Keterangan "orang dalem" ini  sekaligus menjungkirbalikkan pernyataan Jubir Presiden Julian Aldrin Pasha sebelumnya yang menyebut Sengman tidak ada hubungan apapun dengan SBY.  http://nasional.kompas.com/read/2013/09/05/0951487/Djoko.Presiden.Kenal.Sengman.sebagai.Pengusaha
Atas pengakuan "orang kuat" SBY ini, keterkaitan Sengman dan SBY yang sempat remang-remang telah menemui titik cahaya. Kian jelas dan terang benderang. Apalagi Sengman sudah meninggalkan jejak sebagai "pemberi makan" politik SBY saat pertama kali terjun di panggung politik.
Fakta tersebut juga menjadi babak baru pengusutan kasus dugaan suap kuota impor daging sapi oleh KPK. Bau amis daging sapi yang berhembus kencang dari istana merupakan pintu masuk yang ke sekian kalinya tersedia untuk KPK dalam memberantas risywah di lingkungan istana. Uang Rp. 40 Miliyar yang dikantongi Sengman perlu ditelusuri lebih jauh dan lebih dekat dengan pihak-pihak yang disebut dalam persidangan. KPK tak perlu takut menggedor gerbang istana atau melompati pagarnya agar memperoleh barang bukti yang diperlukan, sebagaimana yang pernah dipraktekkan KPK saat masuk di "istana" Presiden PKS.
Publik akan melihat, sejauh mana langkah-langkah konkrit KPK dalam membedah penyakit laten bangsa ini. Tanpa pandang bulu, muka dan kaki tangannya. KPK harus meyakinkan publik, tidak ada perbedaan perlakuan antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada diskriminasi, Equality before the law. Dan jejak yang ditinggalkan Sengman adalah ajang pembuktiannya. Sekian!

Mataram, Lombok, 06 September 2013
Follow @syamsulLombok




http://www.pksnongsa.org/2013/09/memburu-jejak-sengman-by-syamsullombok.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar