Sosok misterius (ilustrasi) |
PKS Nongsa - Sengman
Tjahya akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di dunia maya.
Namanya mendadak terkenal setelah dirinya disebut-sebut menerima uang
suap 40 miliar dari PT. Indoguna dalam transkrip percakapan yang
diperdengarkan majelis hakim saat sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta
beberapa waktu lalu.
Sidang
tersebut merupakan sidang lanjutan atas kasus dugaan suap kuota impor
daging sapi di Kementerian Pertanian RI yang menghadirkan terdakwa Ahmad
Fatanah dengan Ridwan Hakim sebagai saksi.
Dalam
kesaksiannya, Ridwan menyebut Sengman adalah salah seorang pengusaha
utusan Presiden. Saat ditanya hakim, siapa yang dimaksud Presiden itu?
Ridwan menjawab, "Presiden kita, Presiden SBY". Dari sinilah kemudian
nama Sengman dan SBY menjadi hotline di media-media besar nasional,
semacam detik.com, kompas.com, Media Indonesia, Republika dan semacamnya.
Lalu kita bertanya, siapa Sengman? Rupanya pertanyaan ini sampai juga ditelinga para penghuni istana.
Juru
bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha membantah jika Sengman adalah
utusan khusus Presiden SBY. Ia mengatakan tidak tahu menahu soal pria
bernama Sengman. Karenanya, Julian yakin Presiden SBY tidak memiliki
hubungan apapun dengan pengusaha asal Palembang itu. (http://m.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/08/30/msc06m-istana-bantah-kenal-sengman)
Atas
pernyataan Jubir Kepresidenan tersebut, beberapa tokoh nasional yang
mengenal Sengman, bereaksi keras terhadap bantahan yang datang dari
istana. Sebut saja misalnya, Rizal Ramli. Mantan Menteri Keuangan era
Gusdur ini mengaku heran dengan bantahan istana soal kedekatan Sengman
dengan Presiden SBY. Rizal mengaku kalau dirinya mengenal Sengman
sebagai seorang pengusaha asal Sumatera Selatan. Perkenalan Sengman
dengan SBY, lanjut Rizal, ketika SBY masih menjabat sebagai Pangdam
Sriwijaya. Bahkan Sengman merupakan orang penting dalam suplai finansial
saat SBY pertama kali terjun ke dunia politik. (http://sumsel.tribunnews.com/2013/09/01/rizal-ramli-sengman-beking-finansial-sby)
Senada
dengan Rizal Ramli, pengacara senior yang juga mantan anggota Dewan
Pertimbangan Presiden, Adnan Buyung Nasution menyayangkan sikaf istana
yang mengaburkan hubungan antara Sengman dan Presiden SBY. Ia menilai,
bantahan istana tersebut justru akan merugikan Presiden SBY sendiri.
Untuk itu, bang Buyung menyarankan agar istana mengakui kedekatannya
dengan Sengman, karena hubungan mereka (Sengman-SBY) adalah fakta
sejarah yang tak terbantahkan. (http://www.medanbagus.com/news.php?id=17379)
Saran
bang Buyung nampaknya diamini istana. Lewat pembantu presiden yang
lain, istana tidak lagi membantah hubungannya dengan pengusaha kakap
bernama Sengman. Mensesneg Sudi Silalahi dan Menkopulhukam Djoko Suyanto
angkat bicara soal gonjang-ganjing pemberitaan di media massa. Mereka
mengakui dan membenarkan jika Presiden SBY kenal dan dekat dengan
Sengman. Keterangan "orang dalem" ini sekaligus menjungkirbalikkan
pernyataan Jubir Presiden Julian Aldrin Pasha sebelumnya yang menyebut
Sengman tidak ada hubungan apapun dengan SBY. http://nasional.kompas.com/read/2013/09/05/0951487/Djoko.Presiden.Kenal.Sengman.sebagai.Pengusaha
Atas
pengakuan "orang kuat" SBY ini, keterkaitan Sengman dan SBY yang sempat
remang-remang telah menemui titik cahaya. Kian jelas dan terang
benderang. Apalagi Sengman sudah meninggalkan jejak sebagai "pemberi
makan" politik SBY saat pertama kali terjun di panggung politik.
Fakta
tersebut juga menjadi babak baru pengusutan kasus dugaan suap kuota
impor daging sapi oleh KPK. Bau amis daging sapi yang berhembus kencang
dari istana merupakan pintu masuk yang ke sekian kalinya tersedia untuk
KPK dalam memberantas risywah di lingkungan istana. Uang Rp. 40 Miliyar
yang dikantongi Sengman perlu ditelusuri lebih jauh dan lebih dekat
dengan pihak-pihak yang disebut dalam persidangan. KPK tak perlu takut
menggedor gerbang istana atau melompati pagarnya agar memperoleh barang
bukti yang diperlukan, sebagaimana yang pernah dipraktekkan KPK saat
masuk di "istana" Presiden PKS.
Publik
akan melihat, sejauh mana langkah-langkah konkrit KPK dalam membedah
penyakit laten bangsa ini. Tanpa pandang bulu, muka dan kaki tangannya.
KPK harus meyakinkan publik, tidak ada perbedaan perlakuan antara
satu dengan yang lainnya. Tidak ada diskriminasi, Equality before the law. Dan jejak yang ditinggalkan Sengman adalah ajang pembuktiannya. Sekian!
Mataram, Lombok, 06 September 2013
Follow @syamsulLombok
http://www.pksnongsa.org/2013/09/memburu-jejak-sengman-by-syamsullombok.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar